BAB I
PENDAHULUAN
Demi
tercapainya sasaran yaitu memuaskan dan sesuai dengan selera konsumen maka
diperlukan penguasaan pengetahuan desain tekstil. Arti kata design yang digunakan dalam tekstil,
mempunyai perbedaan sedikit dengan arti umum yang biasa digunakan. Dalam
tekstil arti design adalah sama dengan pattern atau pola, atau dengan kata lain
diartikan rancangan.
Pengetahuan
design tekstil meliputi :
1. Desain
struktur yaitu desain yang dibuat pada saat proses pembuatan kain.
2. Surface
design (desain muka) yaitu desain yang dibuat setelah proses pembutan kain
yaitu pada proses penyempurnaan.
3. Design
Fashion.
Mempelajari desain
tekstil berarti mempelajari pembuatan tekstil dengan menggunakan alat/mesin
yang diperlukan dan bahan yang sesuai untuk mendapatkan bentuk, sifat,
karakter, warna dan pola seperti yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan penguasaan-pengetahuan seperti :
1. Peralatan
yang dibutuhkan, dapat berupa : mesin-mesin tenun, mesin rajut, mesin
penyempurnaan dan sebagainya.
2. Faktor
yang mempengaruhi sifat dan mutu kain
3. Faktor
tersebut meliputi antara lain : kain, berat kain, kekuatan kain.
4. Faktor
yang mempengaruhi keindahan kain
5. Faktor
tersebut meliputi : kilap, motif, desain, jenis anyaman, warna, dsb.
6. Faktor
yang memudahkan pembuatan tekstil
7. Faktor
ini meliputi : ukuran (panjang /berat), berat dan sebagainya.
Metode – metode pembuatan kain dari benang yaitu :
a. Dengan
metode anyaman (interlacing)
Proses yang digunakan
adalah pertenunan (weaving) yaitu
suatu proses penganyaman antara benang lusi dan pakan yang letaknya tegak lurus
satu sama lain.
b. Dengan
metode jeratan (interlooping)
Proses yang digunakan
ialah perajutan, yaitu proses pembuatan jeratan, jeratan benang dengan alat
yang terdiri dari jarum janggut atau jarum lidah.
c. Metode
jalinan (intertwisting)
Proses yang digunakan
termasuk : merenda, netting dan lace.
d. Dengan
metode braiding (plaiting)
Yaitu suatu proses pembuatan pita dengan
penganyaman 3 helai atau lebih.
Kain tenun jika ditinjau dari segi
teknis pembuatan dan anyaman dapat digolongkan dalam 3 jenis, yaitu:
1. Tenunan
Tunggal
Kain tenunan ini
terdiri dari satu lembar kain, dan dapat digunakan berbagai macam jenis anyaman
sesuai dengan keinginan pendesain.
2. Tenunan
Rangkap
·
Tenunan rangkap yang
terdiri dari 2 lembar kain.
·
Tenunan rangkap yang
terdiri dari 2 lembar kain, tetapi terikat menjadi satu oleh benang pengikat
lusi dan pakan.
3. Tenunan
Khusus
Yang termasuk jenis tenunan khusus ini
antara lain : kain handuk, pique, kain brokat, permadani dan lain – lain.
Anyaman
merupakan faktor yang turut menentukan karakteristik suatu kain, karena itu
untuk keperluan melengkapi identifikasi kain perlu diketahui anyaman apa yang
dipakai untuk kain tersebut. Demikian pula jika kain itu akan diproduksi
kembali, maka kain harus diketahui anyamannya.
Untuk
mendapatkan identifkasi kain yang akan diproduksi, dilakukan dekomposisi kain
sampel.
1.1. Pengertian Dekomposisi
Kain
Dekomposisi kain tenun dalam pertekstilan adalah
suatu cara menganalisa kain contoh sehingga dari hasil analisa tersebut dapat
diperoleh data data yang dapat dipakai untuk membuat kembali kain sesuai dengan
contoh tersebut.
1.2. Maksud dan Tujuan
Setelah
mempelajari melakukan praktik, mahasiswa diharapkan memiliki penetahuan
dekomposisi kain, yang meliputi :
·
Memiliki pengetahuan
menentukan arah lusi dan pakan.
·
Memiliki penetahuan
menghitung tetal lusi dan pakan pada kain.
·
Memiliki penetahuan
menghitung berat kaim per m2 dan per meter linier.
·
Memiliki penetahuan
menghitung mengkeret benang.
·
Memiliki penetahuan
menghitung nomor benang.
·
Memiliki penetahuan
menentukan nomor sisir.
·
Memiliki penetahuan
menghitung kebutuhan benang lusi dan benang pakan.
·
Memiliki pengetahuan
menggambar anyaman kain contoh.
1.3. Langkah-langkah
Dekomposisi
1.3.1. Menentukan arah lusi
dan pakan
Dalam menentukan arah
lusi, dapat digunakan pedoman sebagai berikut:
a. Pada
kain dengan desain kotak (checks desain), kotak-kotak searah dengan lusi akan
lebih panjang dari kotak yang searah dengan pakan.
b. Garis
sisir yang mungkin terdapat pada kain, selalu sejajar dengan arah lusi. Yang
dimaksud dengan garis sisir adalah:
·
Pada kain terdapat
kelompok-kelompok benang lusi dimana tiap kelompok terdiri dari 2 atau lebih
benang lusi. Kelompok-kelompok benang tersebut membentuk garis-garis sejajar.
·
Diantara kelompok yang
satu dengan kelompok lainnya terdapat celah/jarak, yang merupakan bekas dari
bilah-bilah sisir. Celah atau jarak tersebut disebut garis sisir.
c. Membandingkan
tetal lusi dan tetal pakan, umumnya tetal lusi lebih besar dari tetal pakan.
d. Pada
umumnya nomer benang pakan lebih rendah dari nomer benang lusi (diameter benang
pakan > diameter benang lusi).
e. Jika
anyaman kain terdapat garis-garis miring yang naik dan turun, maka deretan
garis-garis miring tersebut umumnya kearah lusi.
f. Jika
salah satu arah terdapat benang yang digintir, maka benang yang digintir adalah
benang lusi dan benang yang single adalah benang pakan.
g. Jika
kainnya digaruk maka bulu-bulu dari serat akan terletak \searah dengan lusi,
karena benang yang mendapat garukan adalah benang pakan.
h. Letak
benang lusi lebih teratur dan sejajar daripada benang pakan.
i. Arah
benang pakan selalu bersudut 900 terhadap benang lusi (benang pakan
tegak lurus terhadap benang lusi.
1.3.2. Menentukan tetal lusi
dan pakan
1.3.2.1.Dengan menggunakan Lope
a. Kain
diratakan dengan rileks pada meja pemeriksa.
b. Menghitung
julmlah lusi atau pakan setiap inci dengan menggunakan lope.
c. Pengujian
dilakukan paling sedikit 5 tempat secara merata.
d. Jika
tetal lusi atau pakan <10 helai/cm maka pengujian dilakukan setiap 7,5 cm.
e. Jika
lebar kain sampel <7,5 cm maka seluruh benang dihitung.
f. Tetal
benang adalah rata-rata dari kelima data di atas.
1.3.2.2.Dengan cara urai atau
tiras
a. Kain
digunting 1 inch x 1 inch tepat lurus benang.
b. Benahg
ditiras dan dikelompokkan antara lusi dan pakan, kemudian dihitung jumlahnya
masing-masing.
c. Penirasan
dilakukan minimal 5x pengulangan.
d. Tetal
benang adalah rata-rata dari kelima data diatas.
1.3.3. Menentukan berat kain
per meter2
Berat
kain permeter2 dapat dihitung dengan perhitungan :
Berat
kain = x berat penimbangan kain sample 10cm x 10cm
1.3.4. Menentukan mengkeret
benang dalam kain
Mengkeret
benang dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :
dimana
P1 = panjang benang lusi/pakan setelah diluruskan
P2 = panjang benang lusi/pakan sebelum
diluruskan
1.3.5. Menentukan nomor benang
Nomor
benang lusi/pakan dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :
1.3.6. Menentukan nomor sisir
Nomor
sisir dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :
Menentukan
tetal lusi dalam sisir
Menentukan
nomor sisir
dimana TLs =
Tetal lusi dalam sisir
CP = mengkeret pakan
TL =
tetal lusi dalam kain
t =
jumlah cucukan dalam sisir
1.3.7. Menentukan Cover Factor
1.3.7.1.Definisi Cover Factor
Cover Factor
atau Fabric Cover (penutupan kain) didefinisikan sebagai kemampuan kain dalam
menutupi ruang (celah) udara yang terdpat di antara bennag lusi dan pakan.
1.3.7.2.Menghitung Cover Factor
Nomor
sisir dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :
CF = (Cw
+ Cf – Cw x Cf) x 100%
dimana
Cw = nw x dw dan Cf =
nf x df
dimana
keterangan
:
nw = tetal lusi (helai/inch)
dw = diameter lusi
nf = tetal pakan (helai/inch)
df = diameter pakan
1.3.8. Menentukan kebutuhan
Lusi dan Pakan
Kebutuhan
benang lusi dapat dihitung dengan perhitungan :
dan
kebutuhan benang lusi dapat dihitung dengan perhitungan :
dimana
WL =
limbah lusi
WP =
limbah pakan
1.4. Peralatan Dekomposisi
Alat
alat yang diperlukan untuk melakukan dekomposisi kain adalah :
1. Lope
Keterangan :
a. Frame,
terbuat dari metal.
b. Kaca
pembesar.
c. Lubang
pemeriksa / pengamatan dengan ukuran tertentu, misalnya 1 inchi, 1/2
inchi 3/4 dan 1
cm.
d. Engsel.
Kegunaan
lope adalah :
·
Menghitung tetal lusi
atau pakan.
·
Menentukan anyaman
kain.
·
Menentukan benang lusi
/ pakan apakah tunggal atau gintir.
2. Jarum
Keterangan
a. Tangkai
jarum
b. Jarum
Kegunaan
jarum adalah:
·
Menghitung tetal lusi /
pakan pada lubang lope tidak dilengkapi dengan jarum.
·
Mengeluarkan benang lusi / pakan pada pinggir kain dalam
menentukan ukuran kain.
·
Digunakan untuk
membantu menentukan anyaman kain dengan jalan menjerangkan tetalnya dengan
jarum sehingga jalannya benang lusi / pakan terlihat menjadi lebih jelas.
3. Mistar,
untuk mengantar menarik garis diatas kain.
4. Kertas
desain, untuk menggambar anyaman maupun rencana tenunnya.
5. Gunting,
untuk memotong kain agar ukurannya sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
6. Timbangan,untuk
mengetahui / menghitung nomor benang, berat kain dan lain lain.
Ada
dua macam timbangan yang diperlukan yaitu :
·
Timbangan biasa dengan
satuan gram (g) untuk menimbang kain.
·
Timbangan microbalance
dengan satuan milligram (mg) untuk menimbang benang.
BAB II
DEKOMPOSISI KAIN
ANYAMAN PLAIN
2.1. Maksud dan Tujuan
Mengidentifikasi
kain anyaman Polos (plain)
2.2. Teori Pendekatan
Nama
lain anyaman plain yaitu :
·
Anyaman blacu
·
Anyaman flat
·
Anyaman tabby
·
Anyaman taffeta
·
Anyaman polos
Ciri
ciri dan karakteristik anyaman plain :
1. Anyaman
plain adalah anyaman paling sederhana,paling tua dan paling banyak dipakai.
2. Mempunyai
rapot yang poling kecil dari semua jenis anyaman.
3. Bekerjanya
benang lusi dan pakan paling sederhana yaitu 1 naik 1 turun.
4. Ulangan
rapot kearah horizontal atau kearah pakan diulangi setelah dua helai pakan.
Kearah
vertical atrau kearah lusi diulangi setelah dua helai lusi.
5. Jumlah
silangan paling banyak diantara jenis anyaman yang lain.
6. Jika
faktor yang lain sama, maka anyaman plain mengakibatkan kain menjadi :
Paling
kuat dari pada anyaman lainnya dan letak benang lebih kokoh tidak mudah berubah
tempat.
7. Anyaman
plain paling sering dikombinasikan dengan factor-faktor kontruksi kain yang
lain dari pada jenis anyaman yang lainnya.
8. Anyaman
plain dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis.
a.
Pola Anyaman
8
|
||||||||
7
|
||||||||
6
|
||||||||
5
|
||||||||
4
|
||||||||
3
|
||||||||
2
|
||||||||
1
|
1
2 3 4
5 6 7
8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar