Selasa, 19 November 2013

DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN KEPER



3.1.  Maksud dan Tujuan
Mengidentifikasi kain anyaman Keper (twill)

3.2.  Teori Pendekatan
Nama lain anyaman keper adalah :
·         Twill (Amerika)
·         Drill (Inggris)
·         Koper (German)
Ciri ciri dan karakteristik anyaman keper :
1.    Anyaman keper adalah anyaman dasar kedua.
2.    Pada permukaan kain terlihat garis miring yang tidak putus putus.
3.    Jika garis miring bejalan dari kanan bawah ke kiri atas disebut keper kiri.
Jika garis miring bejalan dari kiri bawah ke kanan atas disebut keper kanan.
4.    Garis miring yang dibentuk oleh benang lusi disebut keper efek lusi atau keper lusi.
Garis miring yang dibentuk oleh benang pakan disebut keper efek pakan atau keper pakan.
5.    Garis miring yang dibentuk 450 terhadap garis horizontal.
6.    Permukaan atas dan bawah kain berlainan.
7.    Jika rapot terkecil dari anyaman keper = 3 helai lusi dan 3 helai pakan, disebut keper 3 gun.
8.    Anyaman keper diberi namamenurut banyaknya gun minimum, misalnya : keper 3 gun, keper 4 gun, keper 5 gun dan seterusnya.
9.    Umumnya dibuat dalam kontruksi padat.
10.                   Umumnya tetal lusi dibuat lebih tinggi dari pada anyaman plain.
11.                   Pengaru twist benang sangat besar terhadap kenampakan garis miring.
12.                   Besarnya sudut garis miring dipengaruhi oleh perbandingan tetal lusi dan tetal pakan.
13.                   Garis miring lebih besar 450 disebut keper curam.
a.       Pola Anyaman

8








7








6








5








4








3








2








1








     1     2    3     4     5    6    7     8

DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN PLAIN


BAB I
PENDAHULUAN

Demi tercapainya sasaran yaitu memuaskan dan sesuai dengan selera konsumen maka diperlukan penguasaan pengetahuan desain tekstil. Arti kata design yang digunakan dalam tekstil, mempunyai perbedaan sedikit dengan arti umum yang biasa digunakan. Dalam tekstil arti design adalah sama dengan pattern atau pola, atau dengan kata lain diartikan rancangan.
Pengetahuan design tekstil meliputi :     
1.    Desain struktur yaitu desain yang dibuat pada saat proses pembuatan kain.
2.    Surface design (desain muka) yaitu desain yang dibuat setelah proses pembutan kain yaitu pada proses penyempurnaan.
3.    Design Fashion.
Mempelajari desain tekstil berarti mempelajari pembuatan tekstil dengan menggunakan alat/mesin yang diperlukan dan bahan yang sesuai untuk mendapatkan bentuk, sifat, karakter, warna dan pola seperti yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan penguasaan-pengetahuan seperti :
1.    Peralatan yang dibutuhkan, dapat berupa : mesin-mesin tenun, mesin rajut, mesin penyempurnaan dan sebagainya.
2.    Faktor yang mempengaruhi sifat dan mutu kain
3.    Faktor tersebut meliputi antara lain : kain, berat kain, kekuatan kain.
4.    Faktor yang mempengaruhi keindahan kain
5.    Faktor tersebut meliputi : kilap, motif, desain, jenis anyaman, warna, dsb.
6.    Faktor yang memudahkan pembuatan tekstil
7.    Faktor ini meliputi : ukuran (panjang /berat), berat dan sebagainya.
Metode – metode pembuatan kain dari benang yaitu :
a.    Dengan metode anyaman (interlacing)
Proses yang digunakan adalah pertenunan (weaving) yaitu suatu proses penganyaman antara benang lusi dan pakan yang letaknya tegak lurus satu sama lain.
b.    Dengan metode jeratan (interlooping)
Proses yang digunakan ialah perajutan, yaitu proses pembuatan jeratan, jeratan benang dengan alat yang terdiri dari jarum janggut atau jarum lidah.
c.    Metode jalinan (intertwisting)
Proses yang digunakan termasuk : merenda, netting dan lace.
d.   Dengan metode braiding (plaiting)
Yaitu suatu proses pembuatan pita dengan penganyaman 3 helai atau lebih.
Kain tenun jika ditinjau dari segi teknis pembuatan dan anyaman dapat digolongkan dalam 3 jenis, yaitu:
1.    Tenunan Tunggal
Kain tenunan ini terdiri dari satu lembar kain, dan dapat digunakan berbagai macam jenis anyaman sesuai dengan keinginan pendesain.
2.    Tenunan Rangkap
·      Tenunan rangkap yang terdiri dari 2 lembar kain.
·      Tenunan rangkap yang terdiri dari 2 lembar kain, tetapi terikat menjadi satu oleh benang pengikat lusi dan pakan.


3.    Tenunan Khusus
Yang termasuk jenis tenunan khusus ini antara lain : kain handuk, pique, kain brokat, permadani dan lain – lain.
Anyaman merupakan faktor yang turut menentukan karakteristik suatu kain, karena itu untuk keperluan melengkapi identifikasi kain perlu diketahui anyaman apa yang dipakai untuk kain tersebut. Demikian pula jika kain itu akan diproduksi kembali, maka kain harus diketahui anyamannya.
Untuk mendapatkan identifkasi kain yang akan diproduksi, dilakukan dekomposisi kain sampel.

1.1.  Pengertian Dekomposisi Kain
Dekomposisi kain tenun dalam pertekstilan adalah suatu cara menganalisa kain contoh sehingga dari hasil analisa tersebut dapat diperoleh data data yang dapat dipakai untuk membuat kembali kain sesuai dengan contoh tersebut.

1.2.  Maksud dan Tujuan
Setelah mempelajari melakukan praktik, mahasiswa diharapkan memiliki penetahuan dekomposisi kain, yang meliputi :
·         Memiliki pengetahuan menentukan arah lusi dan pakan.
·         Memiliki penetahuan menghitung tetal lusi dan pakan pada kain.
·         Memiliki penetahuan menghitung berat kaim per m2 dan per meter linier.
·         Memiliki penetahuan menghitung mengkeret benang.
·         Memiliki penetahuan menghitung nomor benang.
·         Memiliki penetahuan menentukan nomor sisir.
·         Memiliki penetahuan menghitung kebutuhan benang lusi dan benang pakan.
·         Memiliki pengetahuan menggambar anyaman kain contoh.

1.3.  Langkah-langkah Dekomposisi
1.3.1. Menentukan arah lusi dan pakan
Dalam menentukan arah lusi, dapat digunakan pedoman sebagai berikut:
a.    Pada kain dengan desain kotak (checks desain), kotak-kotak searah dengan lusi akan lebih panjang dari kotak yang searah dengan pakan.
b.    Garis sisir yang mungkin terdapat pada kain, selalu sejajar dengan arah lusi. Yang dimaksud dengan garis sisir adalah:
·      Pada kain terdapat kelompok-kelompok benang lusi dimana tiap kelompok terdiri dari 2 atau lebih benang lusi. Kelompok-kelompok benang tersebut membentuk garis-garis sejajar.
·      Diantara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya terdapat celah/jarak, yang merupakan bekas dari bilah-bilah sisir. Celah atau jarak tersebut disebut garis sisir.
c.    Membandingkan tetal lusi dan tetal pakan, umumnya tetal lusi lebih besar dari tetal pakan.
d.   Pada umumnya nomer benang pakan lebih rendah dari nomer benang lusi (diameter benang pakan > diameter benang lusi).
e.    Jika anyaman kain terdapat garis-garis miring yang naik dan turun, maka deretan garis-garis miring tersebut umumnya kearah lusi.
f.     Jika salah satu arah terdapat benang yang digintir, maka benang yang digintir adalah benang lusi dan benang yang single adalah benang pakan.
g.    Jika kainnya digaruk maka bulu-bulu dari serat akan terletak \searah dengan lusi, karena benang yang mendapat garukan adalah benang pakan.
h.    Letak benang lusi lebih teratur dan sejajar daripada benang pakan.
i.      Arah benang pakan selalu bersudut 900 terhadap benang lusi (benang pakan tegak lurus terhadap benang lusi.

1.3.2. Menentukan tetal lusi dan pakan
1.3.2.1.Dengan menggunakan Lope
a.    Kain diratakan dengan rileks pada meja pemeriksa.
b.    Menghitung julmlah lusi atau pakan setiap inci dengan menggunakan lope.
c.    Pengujian dilakukan paling sedikit 5 tempat secara merata.
d.   Jika tetal lusi atau pakan <10 helai/cm maka pengujian dilakukan setiap 7,5 cm.
e.    Jika lebar kain sampel <7,5 cm maka seluruh benang dihitung.
f.     Tetal benang adalah rata-rata dari kelima data di atas.

1.3.2.2.Dengan cara urai atau tiras
a.    Kain digunting 1 inch x 1 inch tepat lurus benang.
b.    Benahg ditiras dan dikelompokkan antara lusi dan pakan, kemudian dihitung jumlahnya masing-masing.
c.    Penirasan dilakukan minimal 5x pengulangan.
d.   Tetal benang adalah rata-rata dari kelima data diatas.

1.3.3. Menentukan berat kain per meter2
Berat kain permeter2 dapat dihitung dengan perhitungan :
Berat kain =  x berat penimbangan kain sample 10cm x 10cm

1.3.4. Menentukan mengkeret benang dalam kain
Mengkeret benang dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :
dimana P1 = panjang benang lusi/pakan setelah diluruskan
P2 = panjang benang lusi/pakan sebelum diluruskan

1.3.5. Menentukan nomor benang
Nomor benang lusi/pakan dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :
1.3.6. Menentukan nomor sisir
Nomor sisir dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :
         Menentukan tetal lusi dalam sisir
Menentukan nomor sisir
dimana       TLs           = Tetal lusi dalam sisir
              CP     = mengkeret pakan
              TL     = tetal lusi dalam kain
              t    = jumlah cucukan dalam sisir

1.3.7. Menentukan Cover Factor
1.3.7.1.Definisi Cover Factor
Cover Factor atau Fabric Cover (penutupan kain) didefinisikan sebagai kemampuan kain dalam menutupi ruang (celah) udara yang terdpat di antara bennag lusi dan pakan.
1.3.7.2.Menghitung Cover Factor
Nomor sisir dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :
CF            = (Cw + Cf – Cw x Cf) x 100%
dimana
Cw            = nw x dw   dan   Cf = nf x df
dimana

keterangan :
nw       = tetal lusi (helai/inch)
dw       = diameter lusi
nf         = tetal pakan (helai/inch)
df        = diameter pakan

1.3.8. Menentukan kebutuhan Lusi dan Pakan
Kebutuhan benang lusi dapat dihitung dengan perhitungan :
dan kebutuhan benang lusi dapat dihitung dengan perhitungan :
dimana
          WL          = limbah lusi
          WP           = limbah pakan
1.4.  Peralatan Dekomposisi
Alat alat yang diperlukan untuk melakukan dekomposisi kain adalah :
1.      Lope
Keterangan :
a.    Frame, terbuat dari metal.
b.    Kaca pembesar.
c.    Lubang pemeriksa / pengamatan dengan ukuran tertentu, misalnya 1 inchi, 1/2 inchi 3/4  dan 1 cm.
d.   Engsel.
Kegunaan lope adalah :
·      Menghitung tetal lusi atau pakan.
·      Menentukan anyaman kain.
·      Menentukan benang lusi / pakan apakah tunggal atau gintir.
2.      Jarum
Keterangan
a.       Tangkai jarum
b.      Jarum

Kegunaan jarum adalah:
·      Menghitung tetal lusi / pakan pada lubang lope tidak dilengkapi dengan jarum.
·      Mengeluarkan benang  lusi / pakan pada pinggir kain dalam menentukan ukuran kain.
·      Digunakan untuk membantu menentukan anyaman kain dengan jalan menjerangkan tetalnya dengan jarum sehingga jalannya benang lusi / pakan terlihat menjadi lebih jelas.
3.      Mistar, untuk mengantar menarik garis diatas kain.
4.      Kertas desain, untuk menggambar anyaman maupun rencana tenunnya.
5.      Gunting, untuk memotong kain agar ukurannya sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
6.      Timbangan,untuk mengetahui / menghitung nomor benang, berat kain dan lain lain.
Ada dua macam timbangan yang diperlukan yaitu :
·      Timbangan biasa dengan satuan gram (g) untuk menimbang kain.
·      Timbangan microbalance dengan satuan milligram (mg) untuk menimbang benang.

BAB II
DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN PLAIN

2.1.  Maksud dan Tujuan
Mengidentifikasi kain anyaman Polos (plain)

2.2.  Teori Pendekatan
Nama lain anyaman plain yaitu :
·         Anyaman blacu
·         Anyaman flat
·         Anyaman tabby
·         Anyaman taffeta
·         Anyaman polos
Ciri ciri dan karakteristik anyaman plain :
1.      Anyaman plain adalah anyaman paling sederhana,paling tua dan paling banyak dipakai.
2.      Mempunyai rapot yang poling kecil dari semua jenis anyaman.
3.      Bekerjanya benang lusi dan pakan paling sederhana yaitu 1 naik 1 turun.
4.      Ulangan rapot kearah horizontal atau kearah pakan diulangi setelah dua helai pakan.
Kearah vertical atrau kearah lusi diulangi setelah dua helai lusi.
5.      Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman yang lain.
6.      Jika faktor yang lain sama, maka anyaman plain mengakibatkan kain menjadi :
Paling kuat dari pada anyaman lainnya dan letak benang lebih kokoh tidak mudah berubah tempat.
7.      Anyaman plain paling sering dikombinasikan dengan factor-faktor kontruksi kain yang lain dari pada jenis anyaman yang lainnya.
8.      Anyaman plain dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis.
a.            Pola Anyaman

8








7








6








5








4








3








2








1








     1      2    3     4    5     6     7    8